A. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kejadian defisiensi vitamin B-12
akibat penggunaan Metformin dalam jangka panjang pada penderita Diabetes
Melitus tipe II.
B. Pendahuluan
Metformin adalah obat golongan biguanida
yang direkomendasikan paling utama sebagai pemakaian terapi diabetes tipe II,
karena memiliki efek samping yang kecil. Metformin merupakan obat antihiperglikemi
yang berkaitan dengan morbilitas dan mortalitas dari penyakit kardiovaskular
yang merupakan penyebab utama kematian pada pasien diabetes tipe II. Metformin
bekerja dengan memperbaiki resistensi insulin dengan menghambat glukoneogenesis
dan meningkatkan pengambilan glukosa perifer melalui stimulasi AMC-activated
kinase.
Mekanisme kerja biguanida, yaitu:
1. Menghambat absorbsi
karbohidrat
2. Menghambat
glukoneogesis (pembentukan glukosa selain dari karbohidrat) di hati
3. Meningkatkan afinitas
pada reseptor insulin
4. Meningkatkan jumlah
reseptor insulin
5. Memperbaiki defek
respon insulin
Namun, jika digunakan jangka panjang metformin juga
memiliki beberapa kelemahan atau menimbulkan efek yang tidak dikehendaki. Salah
satunya adalah dapat menginduksi kegagalan absorbsi vitamin B-12 yang dapat
menyebabkan risiko defisiensi vitamin B-12. Selain itu, metformin juga
dilaporkan dapat menurunkan kadar folat dan meningkatkan kadar homosistein yang
dapat menimbulkan faktor risiko penyakit kardiovaskular.
C. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan selama 4.3 tahun dengan
diberikan pengobatan insulin pada semua partisipan yang menderita diabetes tipe
II. Kemudian dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase 1-12 minggu pertama yang
disebut pre-randomisasi, partisipan hanya menerima pengobatan
insulin saja; fase kedua yaitu 16 minggu selanjutnya disebut short term
treatment phase, dan fase ketiga yaitu 4 tahun selanjutnya disebut long
term treatment phase. Pada fase kedua dan ketiga diberikan tablet metformin
atau placebo secara acak atau randomisasi, 3 kali sehari satu tablet (850
mg/tablet).
Serum setiap partisipan diperiksa setelah 4, 17, 30,
43, dan 52 bulan untuk mengetahui kadar vitamin B, folat, dan homosistein.
Pemeriksaan kadar vitamin B12 dan folat menggunakan Electrochemiluminescence
immunoassay (ECLIA) dan untuk pemeriksaan total kadar homosistein
dengan menggunakan kit dari Chromsystems (Martinsried, Germany).
D. Hasil Penelitian
Penelitian tentang efek jangka panjang dari pengobatan
metformin pada konsentrasi kadar serum vitamin B-12, folat, dan homosistein
pada pasien dengan diabetes tipe 2 yang diobati dengan insulin memiliki tiga
temuan utama, yaitu :
1. Metformin secara
signifikan mengurangi konsentrasi vitamin B-12, sesuai dengan penelitian
sebelumnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan ini bukan
fenomena sementara, tapi tetap dan tumbuh dari waktu ke waktu.
2. Penurunan kecil yang
signifikan dalam konsentrasi folat ditemukan pada kelompok metformin
dibandingkan dengan kelompok placebo. Namun, Penurunan ini secara statistik
tidak signifikan setelah penyesuaian dengan indeks massa tubuh dan status
merokok.
3. Penurunan konsentrasi
vitamin B-12 dikaitkan dengan peningkatan kadar homosistein, yang tidak
signifikan secara statistik. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa
konsentrasi homosistein memang meningkat pada individu di antaranya,
penurunan kadar vitamin-12 B di bawah konsentrasi umumnya yang dianggap
menunjukkan defisiensi klinis yaitu, 150 pmol/l .
Hasil dari penelitian menunjukkan persentase vitamin B12 setelah
menerima placebo, yaitu:
a. Kadar vitamin
B-12 meningkat sebesar 0.2 pmol/l (perubahan 0%, tingkat kepercayaan
95% dengan interval −3% hingga -4%)
b. Peningkatan kadar
folat sebesar 1.01 nmol/l (perubahan 8%, tingkat kepercayaan 95% dengan
interval 4% hingga12%)
c. Peningkatan
homosistein sebesar 1.60 μmol/l (perubahan20%, tingkat kepercayaan 95% dengan
interval 6% hingga 25%).
Hasil dari penelitian menunjukkan persentase vitamin B12 selama pengobatan
dengan metformin, yaitu:
a. Penurunan kadar
vitamin B12 sebesar 89.8 pmol/l (perubahan −19%, tingkat kepercayaan 95% dengan
interval −22% hingga −15%)
b. Peningkatan kadar
folat sebesar 0.21 nmol/l (perubahan 3%, tingkat kepercayaan 95% dengan
interval −1% hingga 6%)
c. Peningkatan kadar
homosistein sebesar 3.26 μmol/l (perubahan 26%, tingkat kepercayaan 95% dengan
interval 21% hingga31%).
Dibandingkan dengan Placebo, pengobatan dengan metformin menunjukkan hasil:
a. Penurunan kadar
vitamin B-12 sebesar 19%
b. Penurunan kadar folat
sebesar 5%
c. Peningkatan kadar
homosistein sebesar 5%
E. Kesimpulan
a. Persentase
Kejadian Adverse Drug Reaction
Metformin dilaporkan secara farmakologi menyebabkan
defisiensi vitamin B-12. Diperkirakan bahwa 10% sampai 30% dari pasien yang
menjalani terapi metformin menunjukkan bukti defisiensi vitamin B12.
Pada penelitian ini persentase kejadian Adverse Drug Reaction defisiensi
vitamin B-12 yaitu 19% dari 196 orang.
b. Faktor resiko
kejadian Adverse Drug Reaction
Berdasarkan data demografis pasien :
1. Umur
Pada orang usia tua (geriatri) cenderung lebih dominan mengalami ADR
defisiensi vitamin B-12 karena terjadi penurunan fungsional tubuh sehingga
ketersediaan kalsium dalam tubuh juga berkurang dibandingkan dengan orang yang
lebih muda.
2. Riwayat merokok
Vitamin B-12 dimetabolisme mirip dengan sianida pada asap rokok. Orang yang
merokok mengalami peningkatan kadar darah karena adanya sianida. Hal ini
menyebabkan tubuh bekerja keras untuk mengeluarkan sianida. Akibatnya semakin
tinggi kadar sianida dalam tubuh maka semakin tinggi juga vitamin B-12 yang
dikeluarkan dari dalam tubuh. Hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi vitamin
B-12.
3. Konsumsi alkohol
Jika mengkonsumsi alcohol dalam jumlah yang berlebihan dan dalam waktu
lama, maka dapat menyebabkan penurunan kemampuan penyerapan vitamin B-12 dari
saluran pencernaan.
Berdasarkan parameter pengobatan : Durasi terapi
metformin
Penggunaan metformin untuk terapi dalam jangka panjang
menyebabkan
peningkatan defisiensi vitamin B-12. Hal ini
dikarenakan mekanisme kerja
metformin yang menyebabkan terjadinya kegagalan
absorbs vitamin B-12.
Berdasarkan parameter hematologi :
1. Kadar haemogoblin
Semakin rendah kadar hemoglobin dalam tubuh maka menunjukkan bahwa kadar
vitamin B-12 dan asam folat rendah.
2. Serum vitamin B12
Jika serum vitamin B-12 rendah maka menunjukkan adanya defisiensi vitamin
B-12.
3. Kadar folat
Jika terjadi defisiensi vitamin B-12 maka secara bersamaan akan menurunkan
kadar folat dan meningkatkan kadar homosistein yang menyebabkan risiko penyakit
kardiovaskuler.
c. Mekanisme
Terjadinya Adverse Drug Reaction
Supaya dapat diserap, vitamin B-12 harus berikatan
dengan faktor intrinsik (suatu protein yang berada di usus) yang kemudian
mengangkut vitamin ini ke ileum, menembus pencernaan atau usus dan masuk ke
dalam aliran darah. Factor intrisik ini di sintesis di sel gastric pariental
dan disekresikan oleh gastric juice.Tanpa faktor intrinsik, vitamin B-12 akan
tetap berada dalam usus dan dibuang melalui tinja. Obat-obat golongan biguanida
berinteraksi dengan kompleks faktor intrinsik/vitamin B-12 dan cubilin, yang merupakan
reseptor endocytic yang terlibat dalam proses penyerapan vitamin B-12. Proses
penyerapan kompleks faktor intrinsik-vitamin B12 oleh sel-sel pada terminal
ileum sangat tergantung kalsium. Metformin mengganggu ketersediaan kalsium
sehingga terjadi kegagalan absorbsi vitamin B-12 dan menyebabkan defisiensi
insulin.
F. Adverse Drug Reaction
Akibat terjadinya defisiensi vitamin B-12
1. Anemia megaloblastik
Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B-12 dan asam folat untuk
menghasilkan sel darah merah. Jika kekurangan salah satunya maka bisa
menyebabkan anemia megaloblastik yang ditandai dengan pembesaran sel darah
merah dan perubahan khas neutrofil.
Mekanisme terjadinya anemia : Vitamin B-12 berperan sebagai
kofaktor dalam pembentukan energy dari protein dan lemak melalui pembentukan
suksinil Ko-A dan suksinil Ko-A inilah yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin. Jadi jika terjadi defisiensi pada vitamin B-12 maka akan terjadi
gangguan pembentukan suksinil-Koa yang sekaligus juga mengganggu sintesis
hemoglobin.
2. Neuropati
Dalam system saraf, kekuarangan vitamin B-12 menyebabkan pengurangan
kemampuan untuk membentuk myelin (yang berperan dalam pembentukan sel saraf) yang
diikuti oleh degenerasi aksonal dan kematian saraf, tidak hanya di saraf
perifer tetapi juga dalam posterior dan lateral kolom dari sumsum tulang
belakang dan otak besar. Manifestasi klinis: mati rasa, pharatesia (sensasi
kulit abnormal seperti terbakar yang terjadi tanpa stimulus dari luar) pada
kaki, ataksia, perubahan status mental, dan demensia (pikun).
G. Pencegahan/ Penanganan Adverse
Drug Reaction
1. Pemantauan
(monitoring) rutin kadar vitamin B12 selama penggunaan metformin
dalam jangka panjang.
2. Memantau status gizi
pasien yang dirawat dengan metformin.
3. Meresepkan injeksi
vitamin B12 jika perlu.